Kamis, 08 Oktober 2015

Welcome To Smoke City

Setelah hampir 5 tahun tidak pulkam, akhirnya awal oktober ini saya berkesempatan untuk mudik alias pulang kampung ke Palembang. Di tengah bencana kabut asap yang melanda Sumatera dan Kalimantan, sejujurnya saya sedikit khawatir dengan kesehatan anak-anak. Dan benar saja, begitu landing di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, mata saya langsung perih dan bau asap memenuhi ruangan di bandara.

Apalagi saat itu  (30 sept) kabut asap dalam kondisi terparah. Dimana konsentrasi debu (aerosol) di udara saat itu lebih dari 400 mikrogram per meter kubik. Sementara bila debu (aerosol) udara mencapai 100-200 mikrogram per meter kubik, kondisi udara sudah dinyatakan tidak sehat. Mmm...bisa dibayangkan dong gimana rasanya menghirup udara bercampur asap.


Hampir satu minggu di sana, membuat saya kangen Depok. Nyaris seminggu tidak melihat matahari. Sepanjang hari adalah waktu subuh, mendung, redup diselimuti pekatnya asap. Mau kemana-mana rasanya males banget. Kalau bukan karena hajatan menikahkan adik, rasanya emoh banget pulang. Kondisinya gak tepat cuy..

Sebagian besar lahan kota Palembang adalah rawa-rawa dan gambut. Musim kemarau membuat lahan gambut yang terbakar (atau dibakar..) cepat menyebar. Menghanguskan apapun yang ada disekitarnya.

Please deh..untuk pemilik perusahaan dan konglomerat-konglomerat yang kabarnya berasal dari Indonesia, Singapura dan Malaysia. Dan kabarnya lagi pembakaran gambut untuk membuka lahan perkebunan sawit. Dan kabarnya lagi pemerintah daerah lepas tangan. Dan kabarnya lagi mereka gak peduli karena dulu ketika pilkada mereka mendapat dana dari perusahaan-perusahaan itu. Dan kabarnya lagi  kota-kota di Sumatera dan Kalimantan belum darurat asap. Dan kabarnya lagi..lagi..lagi


Percuma membagikan masker yang katanya diimpor dari negeri seberang. Kami gak butuh masker. Kami butuh tindakan nyata hingga tuntas. Sedih..

Seharusnya saya berwisata religi untuk melihat galeri kitab suci Al-quran  yang terkenal dengan "Bait Al-Quran Al-Akbar" di daerah Gandus. Tapi apa daya, Gandus adalah daerah terparah yang diselimuti kabut asap.  

Memandang Takjub Galeri Al-Quran Terbesar di Dunia
"Bait Al-Quran Al-Akbar" di Gandus, Palembang (ilustrasi : kompasiana.com)
Kalau sudah begini slogan "Welcome to Bumi Sriwijaya" diganti saja menjadi "Welcome To Smoke City" . Entah sampai kapan...

Related Posts:

  • Ketika Anak Menjadi Materialistis Mengandung dan melahirkan anak adalah suatu keajaiban. Bayangkan mom, seseorang dalam tubuh kita tumbuh dan berkembang dari hari ke hari. Terkadang i… Read More
  • PelupaPelupa sering dihubungkan dengan orang tua. Tapi apakah anak usia 8 tahun suka pelupa bisa dikatakan anak tesebut pikun?. Lupa dimana meletakkan pulpe… Read More
  • Stiker Keluarga Pernah terbersit untuk menempel stiker keluarga yang tengah booming saat ini. Itu lho..stiker yang memberikan info tentang keluarga kita. Ada gambar … Read More
  • Hari Sejuta Pohon Tanggal 10 januari lalu kita memperingati hari sejuta pohon. Ada ya hari sejuta pohon? hihi.. Saya sendiri baru 'ngeh' tentang hari sejuta pohon keti… Read More
  • It's Playing Time! Mengubah salah satu ruangan menjadi playground buat Naarah, yang bulan ini sudah 3 tahun terwujud sudah. Saya memang tak hendak buru-buru mendaftarkan… Read More

4 komentar:

  1. Semoga kabut asapnya segera berakhir ya mak. Sedih liatnya :(

    BalasHapus
  2. Semoga kabut asapnya segera berakhir ya mak. Sedih liatnya :(

    BalasHapus
  3. Semoga kabut asapnya segera berakhir ya mak. Sedih liatnya :(

    BalasHapus