Jumat, 30 Januari 2015

Komplain

Walau tidak secara langsung bertemu dengan konsumen, saya dapat menanyakan langsung kepada karyawan yang stand by di oulet. Biasanya mereka akan curhat, mulai dari konsumen yang cerewet atau masalah internal lainnya. 

Konsumen adalah raja. Dari komplain mereka kita mengetahui apa kekurangan dan kelebihan produk yang kita jual.  Sebagai womenpreneur kita tak bisa "cuek" atau lepas tangan terhadap komplain mereka.

Ilustrasi (Foto : Finansialku)
 Sebaliknya kita harus cepat tanggap, sehingga konsumen tidak lari ke tempat lain. Win-win solution adalah salah satu cara yang patut di terapkan. Sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan.

Apakah ada tips yang dapat kita lakukan untuk menghadapi komplain tersebut? Pertama dengarkan. Terkadang konsumen hanya meminta untuk didengarkan keluhannya. Syukurlah, sejauh ini saya belum pernah menghadapi komplain yang membuat telinga "panas". Tetapi bukan berarti saya tak pernah menghadapi komplain. Karena tak ada bisnis yang zero complain.

Kedua permintaan maaf. Konsumen tak peduli masalah apa yang tengah kita hadapi sehingga menyebabkan suatu kesalahan. Mereka hanya menginginkan permintaan maaf dan penyelesaian masalah. That's it!

Ketiga mengembalikan trust konsumen. Nah..ini yang lebih penting. Bagaimana caranya mengembalikan  kepercayaan konsumen. Bila konsumen sudah kehilangan kepercayaan sehingga mengembalikan produk yang sudah dibeli, mau tidak mau kita akan merugi. Tak mengapa. Lebih baik merugi sementara demi keberlangsungan usaha daripada konsumen lari dan menyebarluaskan kesalahan yang kita perbuat.

Dan terakhir adalah menjadikan komplain sebagai pembelajaran di kemudian hari. Jangan berhenti untuk terus belajar dan konsisten dengan apa yang telah kita tekuni. Minimalkan kesalahan internal supaya tidak berlanjut ke komplain konsumen.



Minggu, 25 Januari 2015

Belajar Dari Supplier

Saya dulu terbilang nekat ketika memutuskan untuk menekuni bisnis kuliner. Muncul masalah belakangan. Go action dulu. Yang penting sudah yakin 100% mau jual apa. Siapa yang diajak untuk berkolaborasi dan apa saja menu yang akan dijual.

Awalnya jual buah durian. Olahannya hanya ketan durian dan serabi durian. Untuk "meramaikan" outlet, ditambahlah dengan camilan seperti kerupuk, bagelen bandung, keripik pisang, keripik singkong dll. Semua produk di dapat dari supplier yang berdomisili di Lampung dan Bandung.

Untuk makanan kering dari supplier tidak ada masalah. Toh saya hanya membayar berapa produk yang terjual. Sisanya bisa dikembalikan sampai batas kadaluarsa. Bagaimana dengan buah durian yang tidak laku sementara kulitnya sudah pecah?. Pelanggan kebanyakan menolak untuk membeli durian yang sudah pecah. Untuk mencegah supaya tidak masam, buah durian dibuka dan diambil dagingnya lalu disimpan di freezer yang akan digunakan untuk pembuatan olahan dari durian.

Jangan ditanya berapa kerugian yang saya telan akibat kecerobohan dan ketidaktahuan saya. Tetapi di balik keawaman itulah yang membuat saya survive sampai saat ini. Dibalik kebodohan sayalah akhirnya saya memutuskan untuk lebih memperbanyak varian olahan durian. Bagaimana caranya? Belajarlah dari supplier.

Saya pernah bekerjasama dengan salah satu supplier pancake durian. Dengan sistem konsinyasi dia menitipkan pancake durian. Respon dari penggemar durian sangat baik. Pesan 50 pcs pancake langsung habis dalam jangka waktu 2 hari. 

Saya mulai merencanakan untuk memproduksi pancake durian. Istilahnya mengamati, meniru dan memodifikasi.  Bahkan saya sempat bertanya dengan ibu Sisca Soewitomo, seorang ahli kuliner Indonesia via telpon dan email. Kebetulan sekali pernah bertemu beliau pada acara klub NOVA. 

Bersama ibu Sisca Soewitomo


Sempat jengkel karena gagal terus. Saya memang awam untuk urusan dapur. Disela-sela kesibukan mengurus anak saya terus mencoba-coba lagi. Butuh waktu 3 bulan untuk menghasilkan kulit pancake yang tipis dan tidak mudah robek. Dan inilah penampakan pancake durian nya.  Isinya asli daging durian tanpa penambahan krim. Bisa dinikmati langsung atau dihangatkan terlebih dahulu.

Pancake durian



Alhamdulillah..bisa memproduksi sendiri tanpa tergantung lagi dengan supplier. Saat ini melayani pengiriman se-jadetabek via kurir makanan.

Minggu, 18 Januari 2015

Cinta Tanpa Kata

Anak-anak memang memiliki karakteristik masing-masing. Ada yang ekspresif mengungkapkan kata sayang dengan kata-kata "I love you, mama" sementara anak yang lain tampak malu-malu. Inilah yang terjadi pada kedua buah hati saya. Anak pertama cenderung pemalu dan seolah-olah tak mendengar bila saya berkata "Almer sayang mama, enggak?". Jawabnya paling hanya tersenyum sampai akhirnya mengangguk pelan.

Walau tanpa kata, saya yakin Almer sayang sama saya. Sejak kecil Almer adalah "anak mama". Ungkapan yang saya berikan ini karena Almer selalu menempel pada saya. Kemana-mana selalu bersama mama. Saya rasakan betul bagaimana susahnya pergi sendiri. Almer tak mau dengan orang lain, bahkan papanya sendiri. Duh...

Berbeda dengan adiknya, Naarah yang lebih ekspresif. "I love you, mama" katanya sambil memeluk dan mencium saya  bertubi-tubi. Dengan mulut dimonyongkan Naarah mencium pipi kiri, kanan dan bibir saya. 

Ungkapan sayang dari anak-anak seperti menghadirkan cerita flash back bagi saya. Tahapan demi tahapan tumbuh kembang mereka, mulai dari dalam kandungan sampai perkembangan mereka yang begitu pesat. Time flies...
Big yawn newborn boy
ilustrasi: flickr.com
 Masih ingat di benak saya ketika Almer mengetahui bahwa ia akan memiliki adik, Almer begitu antusias mengelus perut saya sambil bertanya, "Kapan adik keluar?'. Begitu pula ketika ia mengetahui bahwa adiknya kelak berjenis kelamin perempuan, spontan ia memanggil adiknya dengan nama "miaowati". 

Tak ada kecemburuan waktu adiknya lahir (Almer berusia 5 tahun ketika memiliki adik). Bahkan Almer saat itu bisa diandalkan untuk membantu saya. Seperti mengambilkan popok atau menemani adiknya sebentar. 

Tetapi saya tak bisa mempercayakan Almer 100 % untuk menjaga adik. Pernah saya memerkokinya mencoba untuk mengendong adik yang saat itu masih berusia 2 bulan.
"Almer, adiknya kok digendong?" tanya saya. Almer tampak kaget dan menjawab, "Almer pengen tahu berat adik, ternyata enteng, ma".

Menemani mereka menemukan minatnya masing-masing adalah prioritas utama saat ini. Sengaja saya tak mendaftarkan Almer kursus-kursus yang bersifat akademik, seperti les matematika. Pertimbangan saya terlalu berat beban yang harus diemban. Di sekolah sudah belajar dari pagi sampai menjelang sore. Sampai di rumah, walau harus belajar lagi, sifatnya yang ringan-ringan saja.

Atas pertimbangan itulah saya lebih nyaman bila Almer kursus di luar pelajaran sekolah, seprti les piano. Awalnya Almer tampak antusias dan bersemangat. Sampai akhirnya ia  mengutarakan keinginannya untuk berhenti dengan alasan bosan. Saya bujuk untuk terus bertahan, "Sampai ujian ya, sayang". Tetapi semakin hari keinginan itu pupus juga. Saya menyerah. 

Saya tidak mau memaksakan minatnya dengan keinginan saya. Bakat dan minatnya bukan di bidang musik. Saya tawarkan untuk les renang. Tetapi pupus juga. Sama seperti les piano yang bersemangat di awalnya saja. Saya tanya, "Almer mau les apa?". "Almer mau les main game" jawabnya.

Sementara adiknya yang berusia 3 tahun sudah mampu mengutarakan keinginannya. "Aku mau les balet, mama" kata Naarah sambil menari berputar-putar. Kebetulan tempat tinggal saya dekat dengan les musik dan les balet. Setiap sore Naarah sering diajak pengasuhnya melihat anak-anak les balet. 

Sepertinya bakat Naarah sudah kelihatan di usianya yang baru 3 tahun. Naarah lebih mandiri, berani tampil, dan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Bahkan Naarah sempat menjadi finalis untuk menjadi cover majalah Parenting. 

Anak-anakku, jadi apapun kalian kelak, tetaplah menjadi pribadi yang bermanfaat. Dari keluargalah karakter yang kuat akan terbentuk. Ibarat membangun rumah dibutuhkan pondasi yang kuat. Tahan akan angin yang kencang atau bencana sekalipun. Pondasi yang kuat adalah keluarga yang harmonis, mampu memberikan kebahagiaan dan kenyamanan bagi anak-anak sampai usia dewasa mereka. Itulah yang menjadi PR bagi orang tua untuk selalu mendampingi anak-anak dan menanamkan nilai-nilai positif di masa belia.





Kamis, 15 Januari 2015

All I Want is Book!

"Aku rela dipenjara asalkan bersama buku"  
Bung Hatta

Quote di atas benar-benar nyeleneh. Masa ada sih yang rela dipenjara asalkan bersama buku? Tapi inilah pernyataan dari Bung Hatta. Luar biasa ya? Seorang negarawan, pejuang, ekonom dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama. 

Bagi saya membaca adalah suatu kebutuhan. Dari sd memang hobi membaca. Kenal dong dengan majalah Bobo dan Donal bebek. Beranjak SMP mulai suka dengan lima sekawan, serial Stop sampai novel Agatha Christie spesialis novel detektif dan John Grisham yang piawai menulis novel bertema hukum.

Kalau ditanya kado apa yang ingin diberikan di tahun ini, mantap saya jawab : all I want is book!. Buku-buku apa saja nih? Saya kasih bocorannya ya. Siapa tahu ada yang mau kirim. Hehe..Sekarang kan zamannya online. Mau apa saja dijual secara online. Tinggal klik, pilah-pilih dan transfer. Barang-barang bisa langsung sampai melalui jasa pengiriman. Ini nih buku-buku yang pengen saya "lahap" :
1.
Duh.. membaca judulnya saja saya seperti "ditampar". Bahkan sampai detik ini saya masih galau soal hijab. Malu juga bila berkumpul dengan ibu-ibu di sekolah atau kumpul-kumpul dengan komunitas. Cuma segelintir saja yang tidak mengenakan hijab termasuk saya. Buku ini berkisah tentang pengalaman berhijab para finalis The World Muslimah Beauty. Terlepas dari kontroversi ajang pemilihan tersebut, saya ingin membaca sekaligus memperkaya wawasan pengalaman mereka berhijab. Ada banyak cerita (kisah nyata) yang termuat di sini. Siapa tahu nanti saya bermetamorfosis mengalami yang namanya "hijrah diri". Amien..

2.
Buku ini sesuai dengan latar belakang saya sebagai wirausaha kuliner. Buku ini membahas tuntas hobi (kuliner) menjadi lahan bisnis yang menjanjikan. Dilengkapi dengan analisis dan perencanaan bisnis, strategi pemasaran dan strategi menghadapai kompetitor. Layak buat menambah ilmu di bidang bisnis kuliner.

3.
Kisah nyata perjuangan Mas Mono dalam mengembangkan bisnis  "ayam bakar Mas Mono". Sebuah bisnis kuliner yang sudah "menjamur". Tapi di tangannya bisnis ayam bakar menjadi bisnis yang luar biasa bahkan sampai ke mancanegara. Boleh dong bermimpi kelak bisnisku bisa menembus mancanegara juga. Hehe..

Yup..itu tadi sekelumit daftar buku bacaan yang ingin saya lahap.  Wish me luck..
"The more that you read, the more things you will know. The more that you learn, the more places you'll go"
Dr Seuss

 www.gracemelia.com





Minggu, 11 Januari 2015

Hari Sejuta Pohon

Tanggal 10 januari lalu kita memperingati hari sejuta pohon. Ada ya hari sejuta pohon? hihi.. Saya sendiri baru 'ngeh' tentang hari sejuta pohon ketika mengecek tas Almer sepulang sekolah. Ada selebaran di buku komunikasi sekolah. Selebaran itu menantang ayah dan bunda untuk melakukan suatu tindakan cinta dan penyelamatan lingkungan.

Minggu, 04 Januari 2015

Resolusi Baru di Tahun Baru

Tentu banyak impian yang  ingin diwujudkan pada tahun ini. Ada yang ingin memiliki momongan, kuliah lagi, ingin lebih langsing dsbnya. Memiliki mimpi di awal tahun memang penting adanya. Bukan hanya di ucapkan saja, tapi harus fokus untuk mewujudkannya. 

Salah satu rekan  memiliki keinginan untuk berhenti rokok. Wah..saya takjub sekali mendengar keinginannya. Karena saya tau betul, sebut saja C, adalah pecandu berat rokok.