Selasa, 26 Mei 2015

Bahagia Yang Sarat Makna

Apa sih definisi bahagia itu? Memiliki rekening tabungan dan deposito yang nominalnya lebih dari 9 digit atau lebih? Mempunyai pasangan yang super kaya, baik, setia dan romantis? atau dikaruniai oleh yang Kuasa sepasang anak yang penurut dan so sweat?

Duh..sepertinya hidup tidak ada cacatnya sama sekali. Enak banget ya? Tetapi sayang berjuta sayang, hidup yang tidak ada cacat bak jalan tol hanya ada dalam negeri dongeng. Realistis saja deh. Hidup itu selalu berputar menurut lintasannya. Terkadang lintasannya mulus gak ada bebatuannya, kalaupun ada hanya batuan kerikil. Atau lintasannya penuh batuan terjal, berlumpur dan mendaki.

Bahagia versi saya adalah bahagia menjadi diri sendiri tanpa iri dengan porsche atau chevrolet milik tetangga. Semua sesuai porsinya kan? Kita hanya menjalani peran masing-masing. Kalau mau lebih, ya harus mau usaha lebih keras lagi:)

Saya bahagia dengan apa yang sudah saya miliki saat ini. Sepasang anak (laki-laki dan perempuan) yang usianya berbeda jauh dan selalu bikin keributan. Entah dengan berebut makanan dan yang paling sering rebutan mainan! (Padahal mainan anak laki dan perempuan beda ya) Serta bahagia punya sepasang...eh...satu suami saja yang gak romantis banget. He-eh
Bahagia Bersama Keluarga
Mereka semua adalah inspirasi kebahagiaan saya. Terlepas dari sosok anak-anak dan suami yang jauhhh dari sempurna. Karena yang sempurna itu hanya satu, sang pencipta alam semesta. Saya juga bukan angel atau makhluk sejenis peri yang berhati mulia dan hanya ada di negeri antah berantah. Bahagia bersama keluarga saat weekend tiba dan mengisi hari-hari dengan makan bersama, jalan atau santai saja di rumah tanpa dibarengi  yang namanya "migrain" atau demam si krucil, itu sudah merupakan kebahagiaan tersendiri.
Selfie Bersama Sahabat
 
Satu lagi yang menjadi inspirasi kebahagiaan saya adalah menjadi seorang mompreneur. Kebebasan waktu adalah point utama kenapa memilih menjadi mompreneur. Melepas satu kebahagiaan untuk mendapat kebahagiaan tanpa batas.

Berbagi kebahagiaan dengan sahabat juga merupakan anugerah yang luar biasa. Bahagia bersama sahabat tanpa mengurangi porsi waktu bersama keluarga. Siapa sih yang mampu hidup sendiri? nobody:)
Bersama alumni PIN 2008-2013
Nah..melalui postingan ini saya juga ingin berbagi bahagia bersama TabloidNova.com. Terutama untuk pembaca setia tabloid Nova, sahabat wanita inspirasi keluarga. Kali ini berbagi kebahagiaan melalui tulisan. Tulisan sarat makna yang menebar aura positif. Mari berbagi kebahagiaan dengan menulis cerita bahagia menurut versi masing-masing.


Kamis, 21 Mei 2015

Kelas Menulis Online Buku Nonfiksi By Stiletto Book

Ahaii...Akhirnya tercapai juga ikutan kelas menulis online. Bulan februari kemarin Stiletto juga pernah mengadakan kelas menulis online batch 1. Pesertanya di batasi hanya 15 peserta saja. Mentornya mbak Herlina P Dewi, ownernya Stiletto. 

Dan kali ini Stiletto kembali mengadakan kelas menulis online khusus nonfiksi batch 2 yang sudah di mulai sejak 30 April 2015 dan akan berakhir selasa pekan depan tgl 26 mei. Kelas menulis online ini dimulai setiap hari kamis pukul 13.30 s.d 16.00 WIB.

Kelas Menulis NonFiksi

Kenapa kelas menulis online ini hanya membahas tentang buku nonfiksi saja? Karena menulis nonfiksi gak kalah asyik dengan menulis fiksi, lho. Kebetulan saya tidak pandai mengkhayal (Hihi..), jadi menurut saya lebih asyik menulis tentang kejadian-kejadian nyata yang terjadi di depan mata ketimbang harus mengkhayal terlebih dahulu. Duh..pusing kepala barbie...xoxo

Apa saja sih materi yang dibahas di kelas online ini? Ini nih bocorannya. Pertama mengapa memilih nonfiksi, apa itu tulisan nonfiksi dan cara menemukan ide untuk menulis nonfiksi. Selanjutnya bagaimana menyusun outline, mengembangkan outline menjadi buku, membuat proposal pengiriman naskah ke penerbit serta tips untuk mencari judul buku nonfiksi. Asyik ya? 

Setiap selesai kelas, peserta akan diberikan tugas sampai deadline tertentu. Tetapi tetap saja ada yang terlewat dari batas deadline. Hihi..Maklum saja, pesertanya kebanyakan emak-emak yang punya urusan segudang (termasuk saya). O iya, semua alumni peserta kelas menulis ini boleh mengajukan proposal naskah ke stiletto. 

Setiap peserta akan membuat "kamar" masing-masing di media social fb. Di kamar itulah kita mengajukan minimal 2 pertanyaan. Dan miss mentor kita yang baik hati akan mampir ke setiap kamar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peserta.

Setiap selesai membaca feed back yang diberikan oleh miss mentor, saya suka senyum-senyum sendiri. Komentar-komentarnya itu lho...hahaaha (cuma saya dan miss mentor yang tahu). Dan saya juga jadi belajar banyak. Terutama mengenai penulisan kata depan "di". Saya jadi kepikiran mau berburu KBBI. *maluu

Padahal dulu pernah belajar juga cara menulis features sama mba Rika Tjahyadi. Dan masalah penulisan kata depan tersebut juga pernah dibahas. Tapi, penyakit "kadaluarsa otak" ini sepertinya sudah menahun. Hadeuh..

It's oke, gak ada istilah terlambat ya. Walaupun sudah emak-emak saya kepinginnn punya satu buku solo walaupun itu akan menghabiskan separuh dari umur saya. Doakan ya teman..amien


Jumat, 01 Mei 2015

Enaknya Jadi IRT Plus-Plus

IRT plus-plus adalah irt yang tidak hanya menjalani kewajibannya sebagai seorang ibu dan istri, tetapi juga menjalankan bisnis atau istilah kerennya "mompreneur". Banyak alasan yang membuat seorang ibu akhirnya memilih untuk berkarier dari rumah. Waktu yang lebih fleksibel, bisa sambil mengasuh anak, dsbnya.

Sejak kapan saya memutuskan untuk bekerja dari rumah? Setelah kelahiran anak pertama saya tahun 2007. Saat itu saya hidup terpisah dengan suami walau masih di kota yang sama. Karena faktor efesiensi-lah yang memutuskan suami untuk kos di tempat yang tak jauh dari kantornya.

Singkat cerita, saya mulai belajar berdagang, menjual camilan untuk berbuka puasa, menjual aneka keripik yang dititipkan di sebuah minimarket, dan menjual aksesoris secara online.

Tahun berlalu, sampai akhirnya di bulan desember 2009 saya dan suami membuka outlet khusus kuliner berbahan dasar buah durian di kawasan Depok. Senang? sudah pasti iya. Semua saya handle berdua dengan suami. Sampai akhirnya berkembang dan mampu memperkerjakan beberapa orang karyawan. 

Apa enak dan gak enaknya memiliki bisnis sendiri? Enaknya, kita adalah bos alias pemilik sendiri. Mau bisnis bangkrut atau stagnan itu tanggung jawab dan resiko kita sendiri. Ritme kejanya berbeda jauh dengan pekerja kantoran. Misalnya saat weekend tiba. Bila banyak pekerja kantoran ynag menghabiskan waktu bersama keluarga dengan makan-makan atau nge-mall, saya justru lebih banyak di outlet. Sementara bila pekerja kantoran sibuk berjibaku dengan macet di jalanan saya malah asyik nge-mall, ke salon atau sekedar nonton di bioskop. Hehe..

Gak enaknya menjadi IRT plus-plus itu bila tidak bisa memanajemen waktu atau tidak disiplin, pekerjaan bisa terbengkalai. Belum lagi kelemahan ibu-ibu (wanita) dalam berbisnis , yakni mendominasi semua pekerjaan! Belajar dari pengalaman mompreneur yang lain, saya delegasikan pekerjaan atau transfer ilmu yang saya miliki kepada karyawan yang dianggap mampu untuk mengemban pekerjaan tersebut.
Buku "Sukses Bekerja Dari Rumah" oleh Brilyantini

Banyak kesamaan antara saya dan buku "Sukses Bekerja Dari Rumah" yang ditulis Brilyantini. Salah satunya adalah waktu ada digenggaman. Yup..setuju sekali. Tetapi bukan berarti pekerja lepas seperti saya tak punya jam kerja. Justru karena waktu berada dalam genggaman saya harus benar-benar pintar memanajemen waktu. Harus siap 24 jam bila terjadi sesuatu diluar dugaan. Misalnya: Karyawan yang shift pagi tiba-tiba kecelakaan, sementara karyawan pengganti lagi sakit. Dalam kondisi apapun saya harus siap pada saat itu. Siap menjadi tukang masak, cleaning service, pelayan dan kasir. Setelah karyawan yang shift siang datang, saya pun bisa beristirahat. 


Berpromosi pun sangat diperlukan untuk menunjang bisnis yang sedang kita jalani. Baik secara online atau offline. Gunakan kecanggihan tehnologi internet, mau yang gratisan atau yang berbayar, sesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada. Tetapi apa yang terjadi bila promosi belum juga dapat mendongkrak jasa/produk dengan maksimal? Menurut Brilyantini yang harus kita lakukan adalah rehat sejenak dan segera evalusi. Dan satu hal lagi yang tak kalah penting adalah lakukan inovasi secara berkala.

Memiliki bisnis sendiri berarti kita harus memisahkan keuangan untuk keperluan bisnis atau keperluan keluarga. Sementara ulasan yang ditulis Brilyantini mengenai keuangan cukup menarik. Di sana tercantum bila seorang pebisnis layak menggaji diri sendiri. Jujur saja, saya tidak menggaji diri sendiri secara nominal. Tetapi, selalu ada dana cadangan untuk urusan "me time" dengan nominal yang tidak tentu setiap bulannya.:)

Pasang surut dalam berbisnis adalah hal yang lumrah. Kuncinya harus mampu mengelola emosi, saat sedang naik jangan terlalu senang atau saat jatuh jangan terlalu bersedih. Perbanyak menjalin silaturrahmi dengan teman-teman sesama pebisnis, baik online atau offline. Atau bila perlu ikuti saja kompetisi bisnis.

Nah..untuk urusan kompetisi bisnis, saya punya cerita. Duluuu...tahun 2011 saya pernah mendapat penghargaan dari tabloid Nova sebagai salah satu pemenang Perempuan Inspiratif Nova (PIN) untuk kategori "Kreativitas & Wirausaha". Pengalaman yang begitu menyenangkan. Dari sana saya pernah diminta untuk talkshow di sebuah radio nasional dan menjadi pengisi acara dalam klub Nova. It's amazing..

So..siapa bilang jadi IRT itu gak enak? Malah disinilah saya seperti menemukan "it's real me". Saya belajar banyak hal yang tak mungkin bisa saya pelajari bila masih berkutat dengan pekerjaan kantoran. Kuncinya ya diri kita sendiri. Terus memotivasi diri sendiri supaya bisa menyerap berbagai hal positif di luar sana. 

Terkadang saya mikir, kok saya kerja kayak gasing? Tapi ternyata apa yang saya lakukan "belum seberapa" dibandingkan dengan mompreneur yang lain. Kalau mau sukses, IRT harus bekerja lbih keras, lebih keras dan lebih keras lagi. Yuk saling memompa semangat..:)


“Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Menulis “Asyiknya Bekerja dari Rumah”