Minggu, 18 Januari 2015

Cinta Tanpa Kata

Anak-anak memang memiliki karakteristik masing-masing. Ada yang ekspresif mengungkapkan kata sayang dengan kata-kata "I love you, mama" sementara anak yang lain tampak malu-malu. Inilah yang terjadi pada kedua buah hati saya. Anak pertama cenderung pemalu dan seolah-olah tak mendengar bila saya berkata "Almer sayang mama, enggak?". Jawabnya paling hanya tersenyum sampai akhirnya mengangguk pelan.

Walau tanpa kata, saya yakin Almer sayang sama saya. Sejak kecil Almer adalah "anak mama". Ungkapan yang saya berikan ini karena Almer selalu menempel pada saya. Kemana-mana selalu bersama mama. Saya rasakan betul bagaimana susahnya pergi sendiri. Almer tak mau dengan orang lain, bahkan papanya sendiri. Duh...

Berbeda dengan adiknya, Naarah yang lebih ekspresif. "I love you, mama" katanya sambil memeluk dan mencium saya  bertubi-tubi. Dengan mulut dimonyongkan Naarah mencium pipi kiri, kanan dan bibir saya. 

Ungkapan sayang dari anak-anak seperti menghadirkan cerita flash back bagi saya. Tahapan demi tahapan tumbuh kembang mereka, mulai dari dalam kandungan sampai perkembangan mereka yang begitu pesat. Time flies...
Big yawn newborn boy
ilustrasi: flickr.com
 Masih ingat di benak saya ketika Almer mengetahui bahwa ia akan memiliki adik, Almer begitu antusias mengelus perut saya sambil bertanya, "Kapan adik keluar?'. Begitu pula ketika ia mengetahui bahwa adiknya kelak berjenis kelamin perempuan, spontan ia memanggil adiknya dengan nama "miaowati". 

Tak ada kecemburuan waktu adiknya lahir (Almer berusia 5 tahun ketika memiliki adik). Bahkan Almer saat itu bisa diandalkan untuk membantu saya. Seperti mengambilkan popok atau menemani adiknya sebentar. 

Tetapi saya tak bisa mempercayakan Almer 100 % untuk menjaga adik. Pernah saya memerkokinya mencoba untuk mengendong adik yang saat itu masih berusia 2 bulan.
"Almer, adiknya kok digendong?" tanya saya. Almer tampak kaget dan menjawab, "Almer pengen tahu berat adik, ternyata enteng, ma".

Menemani mereka menemukan minatnya masing-masing adalah prioritas utama saat ini. Sengaja saya tak mendaftarkan Almer kursus-kursus yang bersifat akademik, seperti les matematika. Pertimbangan saya terlalu berat beban yang harus diemban. Di sekolah sudah belajar dari pagi sampai menjelang sore. Sampai di rumah, walau harus belajar lagi, sifatnya yang ringan-ringan saja.

Atas pertimbangan itulah saya lebih nyaman bila Almer kursus di luar pelajaran sekolah, seprti les piano. Awalnya Almer tampak antusias dan bersemangat. Sampai akhirnya ia  mengutarakan keinginannya untuk berhenti dengan alasan bosan. Saya bujuk untuk terus bertahan, "Sampai ujian ya, sayang". Tetapi semakin hari keinginan itu pupus juga. Saya menyerah. 

Saya tidak mau memaksakan minatnya dengan keinginan saya. Bakat dan minatnya bukan di bidang musik. Saya tawarkan untuk les renang. Tetapi pupus juga. Sama seperti les piano yang bersemangat di awalnya saja. Saya tanya, "Almer mau les apa?". "Almer mau les main game" jawabnya.

Sementara adiknya yang berusia 3 tahun sudah mampu mengutarakan keinginannya. "Aku mau les balet, mama" kata Naarah sambil menari berputar-putar. Kebetulan tempat tinggal saya dekat dengan les musik dan les balet. Setiap sore Naarah sering diajak pengasuhnya melihat anak-anak les balet. 

Sepertinya bakat Naarah sudah kelihatan di usianya yang baru 3 tahun. Naarah lebih mandiri, berani tampil, dan cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Bahkan Naarah sempat menjadi finalis untuk menjadi cover majalah Parenting. 

Anak-anakku, jadi apapun kalian kelak, tetaplah menjadi pribadi yang bermanfaat. Dari keluargalah karakter yang kuat akan terbentuk. Ibarat membangun rumah dibutuhkan pondasi yang kuat. Tahan akan angin yang kencang atau bencana sekalipun. Pondasi yang kuat adalah keluarga yang harmonis, mampu memberikan kebahagiaan dan kenyamanan bagi anak-anak sampai usia dewasa mereka. Itulah yang menjadi PR bagi orang tua untuk selalu mendampingi anak-anak dan menanamkan nilai-nilai positif di masa belia.





4 komentar:

  1. Anakku masuk smp dan lolos tanpa test karena olahraga voli, bebas uang komite lagi selama setahun. Eh baru jalan tiga bulan dikelas satu..dia malah ga minat diolahraga itu biarpun dipaksa. Heem, mo diapa, daripada dia stres mending ikutin saja maunya sebagai orgtua kita hanya bisa berdoa yang terbaik buat mereka

    BalasHapus
  2. Betul..betul..jangan dipaksa. Makasih ya udah mampir..:)

    BalasHapus
  3. tiap anak beda-beda ya mbak..tapi itu anak gendong bayi juga kudu diliat ya takut napa2
    naraah hebat jadi finalis ^^

    BalasHapus
  4. Iya mba, kaget bgt pas liat abangnya (5 thn ) gendong adeknya. Hehe..makasih

    BalasHapus