Percakapan di sebuah pasar tradisional.
"Sekarang cabe berapa, bu?" tanya saya
"Mahal ci, se-ons 8 ribu. Rawit merah 10 ribu" kata ibu penjual cabai
Mmm..bukan karena mahalnya cabe saya terdiam, tetapi risih bila di panggil dengan sebutan 'cici'. Cici dalam bahasa Cina adalah panggilan untuk perempuan dewasa (bener gak sich..). Memang baru sekali ini saya membeli cabai pada ibu tersebut. Karena kebetulan ibu-ibu penjual cabai langganan saya sedang tutup.
Mungkin karena saya orang Palembang yang kata sebagian orang mirip Cina, jadilah saya dipanggil 'cici'. Sebenarnya sih saya gak putih-putih amat. Lebih ke sawo matang dengan mata sipit, apalagi kalo pake kacamata. Habislah daku dimahalin kalo belanja ke pasar tradisional. Haiya..
Merunut sejarah, Palembang identik dengan kerajaan Sriwijaya yang terkenal dengan kerajaan Maritim. Sriwijaya berjaya dari abad 7 sampai 10 M. Kapal-kapal kerajaan Sriwijaya banyak yang berlayar sampai ke negeri Cina. Membawa hasil komoditas perkebunan untuk ditukar dengan kain sutra atau porselin.
Begitu juga saudagar-saudagar Cina banyak berlayar sampai ke Palembang. Sebagian menetap dan melebur menjadi penduduk setempat. Menikah dan beranak pinak di Palembang.
Nah, itulah yang menyebabkan kenapa orang-orang Palembang memiliki mata sipit dan berkulit putih. Bahkan si kecil Naarah pun di panggil amoy. Berbeda dengan abangnya yang berkulit lebih gelap.
'Amoy' dan Abang |
Satu hal yang perlu kita teladani dari orang Cina. Mereka itu gigih, pekerja keras sehingga terkesan kikir. Tapi itulah mereka. Belajar dari orang Cina yang mau hidup prihatin, hemat, dan gemar menabung. Ibarat pepatah bersusah-susah dahulu bersenang-senang kemudian.
0 komentar:
Posting Komentar